Tips Mantab Sebelum Puasa Ramadhan!

Alhamdulillah, kita dipertemukan Allah dengan bulan mulia ini. Sehingga kesempatan untuk kita memperbaiki dan melatih diri agar benar-benar menjadi hambaNya terbuka semakin luas. Seandainya setiap manusia betul-betul memahami betapa berharganya Ramadhan, tentulah semua orang akan berlomba-lomba di dalam kebaikannya, sehingga output ramadhan itu sendiri ialah lahirnya manusia-manusia yang shalih dan masyarakat yang madani.

Lalu kenapa banyak diantara umat islam yang gagal dalam menjalani ramadhannya? Hal yang paling mungkin ialah persiapan yang kurang ketika akan memasuki ramadhan, baik secara teknis maupun non teknisnya. Malahan, ada yang menyambut ramadhan dengan perkara bid’ah qabihah semisal mandi-mandi bersama di sungai. Jika, persiapan sebelum ramadhan betul-betul baik, insya Allah target yang diinginkan tercapai.

Allah berfirman, artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa, sebagaimana orang-orang sebelum kamu, mudah-mudahan kamu bertaqwa..” Jelas sekali bahwa target puasa ramadhan ialah agar jadi insan yang taqwa! Insan yang taqwa ialah insan yang peka dengan kebersamaan Allah dalam dirinya, sehingga ia mudah melakukan keta’atan kepada Allah dan mengikuti sunnah Nabi secara kamil. Ini adalah target yang dikehendaki oleh Allah. Sebagaimana pada ayat lain Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke delam Islam secara kaffah (sempurna)..”

P e r s i a p a n

Dalam sebuah hadits yang terkenal, Nabi saw bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang berpuasa pada bulan ramadhan dengan penuh keimanan dan ihtisab (mengharap pahala dari Allah), niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu..”

Jelas sekali, dari ayat dan hadits dia atas, modal yang ke (1) sebelum memasuki bulan ramadhan ialah iman. Oleh karena itu, yang diseru dalam ayat ialah orang mukmin, bukan manusia/annas saja, tapi sangat khusus kepada orang yang beriman. Maka, persiapan pertama sebelum memasuki ‘sekolah’ ramadhan ialah keyakinan yang sempurna kepada Allah. Hal ini bisa dilatih dengan program khuruj, yakni beriktikaf di masjid, mengahdiri majelis da’wah dan ta’lim, mentafakkuri Al Quran, bersuhbah dengan ulama dan orang shalih, dsb. Ini adalah usaha agar iman menjadi baik, sehingga ketika memasuki ramadhan, insya Allah kita memiliki semangat juang yang baik pula.

Kemudian, persiapan ke (2) ialah ihtisab, yakni mengharapkan pahala dari Allah. Maka, persiapan setelah iman ialah kita perbanyak menghadiri majelis yang menjelaskan keutamaan (fadhilah) bulan ramadhan dan amalan-amalan ibadah di dalamnya. Mari perbanyak membaca referensi tentang Fadhilah ramadhan. Jangan terlalu terjebakk dengan istilah hadits dhaif dalam konteks fadhilah, karena menurut Imam An Nawawi rahimahullah dalam Hadits Arba’in, dikatakan bahwa hadits dha’if bisa digunakan dalam hal fadhilah beramal, jika hadits tersebut tidak terlalu lemah (dha’if jiddan), karena hal ini pun dapat menyemangati diri kita agar semangat beramal shalih pada bulan ramadhan.

Sebagaimana fadhilah puasa pada hadits di atas yakni akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu, maka persiapan ke (3) ialah bertaubat kepada Allah* dan berbanyak meminta maaf kepada sesama manusia. Hal ini disebabkan dosa kepada manusia, tidak cukup dengan hanya bertaubat secara vertikal kepada Allah melainkan harus dengan meminta maaf kepada manusia. Ada sebuah nasehat bijak dari seorang ustadz yang saya dengar, yakni: perbanyaklah silaturrahim dan meminta maaf kepada mereka yang mungkin selama ini kita dzolimi, namun sebelum itu maafkanlah terlebih dahulu semua kesalahan orang lain terhadap kita. Subhanallah!

Kemudian sebagai tambahan, kajilah kembali fiqh puasa dasar. Sehingga kita tidak menjadi ragu-ragu dalam menjalakan puasa. Misalnya apa-apa saja yang membatalkan puasa, apa saja yang menjadi makruh ketika puasa, apa-apa yang menghapus pahala puasa dsb. Kemudian jika kita awam, maka tetapkan pada pendapat satu mahdzab saja yakni mahdzab Imam Syafi’i, hal ini agar kita tidak terjebak pada sikap talfiq yakni mencampur adukkan mahdzab dan mencari-cari alasan untuk mempermudah urusan agama sehingga mengikuti kehendak hawa nafsu sendiri. Wallahua’lam