protes petani



12913933451022414262

Lahan yang disediakan pemerintah seluas 3,9 juta Ha ditawarkan kepada pengusaha asal beberapa Negara diasia tengah untuk dikembangkan sebagai perkebunan sawit. (Kompas Sabtu 17 november 2010).

Berdasarkan data yang ada perusahaan asing dan nasional menguasai hampir 40 % tanah untuk kebun sawit, PMA asal Malaysia memiliki kebun sawit hampir 2 juta Ha, dari Riau, Medan sampai ke Kalimantan.

Tentu sebuah data yang menarik untuk dicermati, berdasarkan info dari kepala BPN (badan pertanahan nasional, pemerintah baru mempunyai lahan yang didsitribusikan untuk rakyat kecil hanya seluas 142.159 hektar untuk 389 desa di 21 propinsi.

Ingatan saya langsung pada saat perayaan hari agraria ke 50, Pak SBY menangis, terharu atas penderitaan petani dan rakyat kecil yang kesulitan mengakses tanah agar mereka berdaya secara ekonomi. Pada saat itu Pak SBY meyerahkan tanah dan sertipikatnya bagi ratusan petani Cilacap dengan luas 0,5 Ha, bagi setiap KK.

Tidak berselang lama kita juga menyaksikan pengusiran ribuan petani Jambi yang terusir karena menempati lahan eks perkebunan diKab Merangin, juga adanya kasus penembakan petani yang menanyakan tanahnya yang dirampas oleh Anak perusahaan SInar Mas Group.

Bila kita ingat petani penggarap di Kabupaten Merangin sebelum diusir oleh pemerintah, mereka berusaha dengan menyewa tanah dari rakyat setempat, menjalani hidup bertahun-tahun dengan bertanam kopi, kemudian mereka mendapatkan hasil setelah tiga tahun semenjak menanam. Lambat laun tumbuh, mandiri tanpa sentuhan pemerintah daerah dan pusat, kegigihan mereka layak kita apresiasi, karena ternyata etos kerja sangat tangguh, dan mereka mampu bertahan tanpa sentuhan pemerintah .

Sunami mentawai juga menguak sisi yang tidak kelihatan selama ini, bahwa hutan Mentawai sudah dikavling oleh para pengusaha berdasarkan keputusan dari Jakarta, dan para pengungsi kesusahan mengakses kayu untuk pembangunan rumah.

Belum lagi lagi banyaknya tanah terlantar setelah dicukur habis hutannya oleh para pengusaha kemudian ditinggalkan, berdasarkan data BPN ada 11 juta tanah terlantar dan belum bersertifikat yang dikuasai mafia tanah dan pemilik modal.

Beberapa kejadian diatas, membuat kita sadar bahwa kekayaan alam dan tanah negeri ini hanya dipertuntukan bagi pengusaha besar, bukan bagi petani lemah yang diberi akses agar mereka berdaya dan tumbuh secara mandiri. Lantas Indonesia punya siapa..?.

Saya kadang bertanya, kenapa pemerintah harus mengundang investor asing, untuk sektor-sektor yang mampu dikerjakan petani. Kenapa tidak dikasih saja lahan 3.6 juta Ha ke petani untuk menamam sawit. pemerintah tinggal menyediakan akses jalan yang bagus, bibit yang bagus dan akses terhadap sarana pertanian laiinya.

Kalaupun mau mengundang investor asing di bidang perkebunan sawit, harusnya pemerintah mengarahkan pada industri hilir, sehingga akan banyak tercipta lapangan kerja baru, dan bisa mengadopsi tehnologi yang lebih baik, tentunya devisa yang diterima juga akan lebih besar.

Semua ini butuh kerja keras, bila pemerintah punya kebijakan yang pro rakyat miskin, semuanya bisa kita kerjakan, dengan memadukan antara petani dan pengusaha, tentunya ini bisa berjalan bila semua pihak yang terkait memberikan dukungan agar rakyat miskin bisa maju dan mandiri .

Tidak sulit sebenarnya kalau pemerintah mau, petani tidak sebodoh yang dibayangkan oleh para pengambil keputusan, mereka juga anak bangsa yang mau berubah demi kehidupan yang lebih baik.

Salam Petani